Kamis, 22 Oktober 2015

KEBUDAYAAN GARUT SELATAN

KEBUDAYAAN GARUT SELATAN
            Kebudayaan  itu luas mencakup beberapa macam seperti ; Makanan khas, Objek wisata, kesenian daerah dan tradisi. Nah,disini saya akan membahas tentang Tradisi Pantai Santolo Garut Selatan .
                                                         TRADISI PANTAI SANTOLO
           

Tradisi itu merupakan suatu budaya yang selalu dilakukan oleh warga-warga sekitar. Tradisi sangat bertolakbelakang dengan Aturan Islam, padahal seharusnya tradisi jangan disangkutpautkan dengan agama ,haram hukumnya. Selama kita tidak men-Tuhankan, tradisi tersebut dianggap boleh.




           
    Tradisi yang paling terkenal di Pantai Santolo adalah Hajat Laut . Orang-orang yang terlibat dalam tradisi ini merupakan tokoh masyarakat, ketua adat, Ketua HNSI, dan orang-orang yang bertanggungjawab atas keberlangsungan tradisi tersebut (Mempunyai modal) seperti: Bu haji Nining, mas untung, dll.
            Tradisi ini dilakukan sejak zaman dahulu secara turun temurun hingga sampai saat ini.
Setiap tahun dilakukan satu kali untuk memperingati upacara hajat laut. Biasanya hajat laut selalu dilakukan pada bulan Maret/April . Tradisi ini dilakukan bukan karena ikan di laut susah didapat, melainkan sudah ada ketentuannya.
            Luar pengkolan Mala adalah tempat dilaksanakannya tradisi tersebut , dengan cara menghanyutkan jampanan/Larung. Di dalam Larung berisi buah-buahan,daging, kepala kerbau hitam, baju dan selendang berwarna hijau dan merah muda ,cermin ,sisir tanduk, bubur putih, bubur merah, bubur kelapa muda , bubur kelapa tua, rujak, roti dll.
            Proses berjalannya acara adat tersebut diawali dari  sebelum menghanyutkan larung ,warga selalu mengadakan Si Lengser yaitu lengser mengantarkan larung dari tempat dibuatnya sampai ke lokasi upacara adat tersebut. Disambut juga oleh anak-anak sekolah yang hadir ,memakai pakaian yang seragam. Setelah sampai di pelelangan ( ada panggung) . Lalu di iringi oleh Lagu-lagu Cianjuran yang dinyanyikan oleh Sinden seperti ; Almarhum istrinya Mang Elang dari mancagahar. Setelah itu larung pun di hanyutkan .





           
            Menurut pengakuan salahsatu tokoh masyarakat yaitu Bapak Asidin ,beliau sudah tidak mau lagi terlibat karena kurangnya kekompakan masyarakat dalam pengumpulan dana, padahal ini merupakan kepentingan bersama. Pendapat beliau  tradisi ini pernah berlangsung baik setiap tahun pada masa Ketua HNSI Pimpinan Bapak Asep Taopiq –Mancagahar, karena dia memimpin secara baik, sedangkan sekarang di bawah pimpinan Ketua HNSI Bapak Nanang-Bandung tidak terlalu baik karena dia kurang bisa mewujudkan tradisi nelayan.
            Masalah yang timbul karena kurangnya kebersatuan nelayan antara yang setuju dengan yang tidak setuju , disamping itu pengusahanya yang masing-masing yang tidak peduli akan adanya tradisi.
            Kita selaku generasi muda harus bisa menjaga dan melestarikan tradisi kita, jangan selalu menyangkutpautkan tradisi dengan agama , selama kita tidak men-Tuhankan tradisi tsb ,maka tidak akan ada masalah.

Narasumber : Bapak Asidin










Sarah Riswanti XI IPA 2 SMAN 5 GARUT